Lubang Cacing

PART 3

Author Pov

Sebentar lagi akan di adakan kemah tahunan bagi seluruh siswa kelas 11. Semua peserta antusias untuk mengikuti kegiatan ini. Tapi, berbeda dengan aku. Aku tidak begitu suka dengan kegiatan-kegiatan sekolah seperti ini.
"Mel...yuk ikut aku ke kopsis."
"Ah lagi males….."
"Ayolah Mel."
"Ke kopsis mau beli apa sih Sof ?"
"Beli peralatan buat kemah besok lah."
"ehhmm..ya udah, ayo."
Akhirnya kami pun pergi ke kopsis. Sebenarnya aku males banget pergi ke kopsis karena jaraknya yang menurutku jauh dari kelas. Kita harus melewati lapangan basket terlebih dahulu untuk sampai disana. Dan yang paling aku nggak suka yaitu ketika lapangan basket penuh dengan siswa laki-laki yang sedang bermain basket. Rasanya aku jadi sorotan mata yang memperhatikanku ketika berjalan di lapangan.

"Hey.. Sof lewat jalan samping aja yuk, disini rame banget nih."
"Kalau lewat jalan samping lama Mel, karena kita harus muter dulu. Kalau lewat lapangan kan tambah deket."
"Iya sih, tapi aku malu Sof. Banyak kakak kelas lagi." dengusku
"Ya mau gimana lagi Mel, mempersingkat waktu. Soalnya, sebentar lagi bel masuk."
Tanganku pun di tarik oleh Sofia untuk berjalan lebih cepat lagi. Dan benar saja seperti bayanganku tadi semua mata tertuju kepada kami. Aku hanya bisa menunduk dengan rambut terurai untuk menutupi wajahku dari sorotan pasang mata. Saat situasi yang tidak menyenangkan ini, tiba-tiba Sofia pergi mendahuluiku. Aku mencoba mengimbangi langkah kakinya yang jenjang tapi tidak bisa karena dia sudah begitu jauh. Akhirnya untuk menutupi rasa maluku aku mencoba berjalan sesantai mungkin seperti tidak ada orang dilapangan ini. Dan entah mengapa tiba tiba detak jantungku begitu cepat. "Apakah akan ada sesuatu yang akan terjadi denganku." batinku sambil memegang dadaku . Aku merasa suara pantulan bola basket seperti mendekatiku, tapi aku hanya biarkan saja rasa penasaranku. Karena aku tak mau menoleh ke lapangan. Dan tanpa kusadari tiba-tiba seseorang memegang tanganku lalu menarik badanku kedekapannya. Sontak aku terkejut, aku tak tahu apa yang terjadi sehingga aku berada dipelukan orang ini. Aku sangat begitu dekat dan bisa di bilang sudah sangat dekat, hingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang mengenai dahiku dan betapa cepatnya detak jantungnya. Aku hanya bisa menganga dan masih memikirkan apa yang sedang terjadi.
"Mangkanya kalau jalan jangan nunduk aja." suara itu mengagetkanku dan aku pun langsung melepaskan pelukannya.
"Eh….ehm...eeeeee." aku ingin sekali bicara tapi rasanya sangat sulit untuk di ucapkan. Dengan menunduk kebawah.
"Mau bicara apa kok e..a..e… aja dari tadi ? Mangkanya kalau mau bicara jangan nunduk tatap mata orang yang diajak bicara."
Aku pun mulai mengangkat kepalaku walaupun aku sedikit malu. "Maaf..kak."
"Maaf ? Untuk apa ?"
"eee...untuk kejadian barusan."
"Emang kamu salah apa kok sampai minta maaf segala ?"
Aduh orang ini banyak nanya banget sih, kalau boleh minta aku ingin sekali orang ini pergi dari hadapanku.
"Tadi itu kamu hampir kena bola basket. Jadi, untuk menyelamatkanmu aku menarikmu."
"Ehmm kalau begitu terima kasih kak."
"Cuman terima kasih saja, tidak ada imbalannya ?"
Ihh ni orang menolong pamrih banget sih, minta imbalan lagi. Kalau begitu mending aku tidak usah di selamatkan saja.
"E...kak maaf aku duluan, sudah di tunggu temen."  ujarku untuk menghindar dari pertanyaannya. Sambil aku melangkah pergi. Tangan itu memegang tanganku lagi. Aku tersontak "ada apa lagi ini ?" batinku
"Oh..ya aku belum tahu namamu, namamu siapa ?"
Hadeh orang ini pakek nanya namaku lagi, kepo banget sih. Saat aku mau menjawab untungnya Sofia datang. Dan tiba-tiba dia berteriak memanggil namaku.
"Melda…"suaranya yang lantang, hingga membuat semua orang menoleh. Dan sekarang dia berhasil membuatku malu.
"itu temanmu ?"
Aku menggangguk dengan pertanyaan itu.
"Jadi, nanamu Melda. Namamu cantik, secantik orangnya."
Gombal banget sih kakak ini. Rasanya mau muntah denger semua gombalannya itu.
"Maaf kak aku harus pergi, temanku udah menunggu."
"ohh...ya silahkan, hati-hati kalau jalan jangan nunduk."
Aku langsung pergi dari hadapannya, aku merasa sangat senang bisa pergi dari kakak itu. Canggung banget rasanya kalau bicara sama kakak kelas.
Sepulang dari lapangan aku dan Sofi langsung menuju kelas. Di kelas suasananya sangat sepi, hanya segelintir anak saja yang ada . Mungkin karena masih jam istirahat jadi, mereka sedang ke kantin. Aku pun duduk di tempatku dan kejadian tadi berhasil membuatku tidak konsen dalam mengerjakan tugas. Aku akan mengacak-ngacak rambutku apabila aku mengingat kejadian tadi. Apalagi suasana sepi di kelas membuat aku tidak nyaman. Jujur aku memang paling tidak suka dengan suasana hening karena aku pasti akan teringat lagi dengan mimpi itu. Dan aku merasa semakin tidak nyaman ketika aku merasa ada orang yang sedang memperhatikanku. Aku menoleh ke kanan dan kekiri ruangan ini tapi yang kulihat hanya teman-temanku yang sedang sibuk mengerjakan tugasnya.
"Aneh, kenapa aku merasa ada orang yang memperhatikanku. Atau mungkin itu hanya perasaanku saja ?" aku mulai bertanya kepada diriku sendiri.
"Ckckckck… ini soal macam apa, sulit banget." dengusku
Soal itu mampu menguras semua pikiranku, aku mulai memejamkan mata sebentar untuk menjernihkan pikiranku. Aku mulai tidak bisa bernafas dan aku merasa berada di ruangan seperti itu lagi. Dan mimpi seperti itulah bila aku memejamkan mataku. Aku langsung mengerjapkan mataku, tanpa kusadari air mata menetes di selembar putih bergaris itu.
"Ambil ini. Jangan biarkan air matamu menetes." tiba-tiba dia datang dan menyodorkan saputangan hijau toska.
Aku mendongakkan kepalaku untuk melihat orang yang memberiku saputangan.
"Rendi ?"
"Iya, wajahmu jelek jika sedang menangis."
"Kalau begitu jangan melihat wajahku yang jelek ini."
Setelah aku berkata begitu dia langsung pergi meninggalkanku. "Dasar cowok aneh." cetusku

Bel pulang sekolah berbunyi….sebagai tanda waktu pelajaran sudah habis. Aku pulang bareng sama Sofia, biasanya sih aku di jemput sama Pak Luri tapi berhubung besok mau kemah jadi aku dan Sofia belanja terlebih dahulu untuk persiapan besok. Aku dan Sofia langsung bergegas pergi ke sebuah toko. Kami pun berpencar mencari barang yang di butuhkan. Pertama barang yang harus aku beli adalah coklat, ya itu merupakan makanan kesukaanku. Karena coklat itu bisa membangkitkan mood seseorang. Jadi, apabila nanti waktu di perkemahan aku merasa bosan, akan ada obat yang bisa mengembalikan moodku. Setelah kesana-kemari, akhirnya barang yang kuperlukan sudah lengkap. Aku mendorong keranjang menuju kasir untuk membayar semua barangku ini.
"Udah semua Mel ? Kok sedikit banget barang yang kau beli ? Wah banyak banget coklat yang kamu beli."
"Iya sudah, cuman ini saja yang kubutuhkan. hahaha…  coklat ini bisa menjadi obat moodku."
Sesudah semuanya sudah selesai, aku pun pulang diantar Sofi.
Sesampai di rumah aku mulai menyibukkan diri dengan menata barang yang tadi sudah ku beli dan memasukkan ke dalam tas ranselku.

2 komentar:

INSTAGRAM FEED

@soratemplates