Author Pov
Sebentar
lagi akan di adakan kemah tahunan bagi seluruh siswa kelas 11. Semua peserta
antusias untuk mengikuti kegiatan ini. Tapi, berbeda dengan aku. Aku tidak
begitu suka dengan kegiatan-kegiatan sekolah seperti ini.
"Mel...yuk
ikut aku ke kopsis."
"Ah
lagi males….."
"Ayolah
Mel."
"Ke
kopsis mau beli apa sih Sof ?"
"Beli
peralatan buat kemah besok lah."
"ehhmm..ya
udah, ayo."
Akhirnya
kami pun pergi ke kopsis. Sebenarnya aku males banget pergi ke kopsis karena
jaraknya yang menurutku jauh dari kelas. Kita harus melewati lapangan basket
terlebih dahulu untuk sampai disana. Dan yang paling aku nggak suka yaitu
ketika lapangan basket penuh dengan siswa laki-laki yang sedang bermain basket.
Rasanya aku jadi sorotan mata yang memperhatikanku ketika berjalan di lapangan.
"Hey..
Sof lewat jalan samping aja yuk, disini rame banget nih."
"Kalau
lewat jalan samping lama Mel, karena kita harus muter dulu. Kalau lewat
lapangan kan tambah deket."
"Iya
sih, tapi aku malu Sof. Banyak kakak kelas lagi." dengusku
"Ya
mau gimana lagi Mel, mempersingkat waktu. Soalnya, sebentar lagi bel
masuk."
Tanganku
pun di tarik oleh Sofia untuk berjalan lebih cepat lagi. Dan benar saja seperti
bayanganku tadi semua mata tertuju kepada kami. Aku hanya bisa menunduk dengan
rambut terurai untuk menutupi wajahku dari sorotan pasang mata. Saat situasi
yang tidak menyenangkan ini, tiba-tiba Sofia pergi mendahuluiku. Aku mencoba
mengimbangi langkah kakinya yang jenjang tapi tidak bisa karena dia sudah
begitu jauh. Akhirnya untuk menutupi rasa maluku aku mencoba berjalan sesantai
mungkin seperti tidak ada orang dilapangan ini. Dan entah mengapa tiba tiba
detak jantungku begitu cepat. "Apakah akan ada sesuatu yang akan terjadi
denganku." batinku sambil memegang dadaku . Aku merasa suara pantulan bola
basket seperti mendekatiku, tapi aku hanya biarkan saja rasa penasaranku.
Karena aku tak mau menoleh ke lapangan. Dan tanpa kusadari tiba-tiba seseorang
memegang tanganku lalu menarik badanku kedekapannya. Sontak aku terkejut, aku
tak tahu apa yang terjadi sehingga aku berada dipelukan orang ini. Aku sangat
begitu dekat dan bisa di bilang sudah sangat dekat, hingga aku bisa merasakan
hembusan nafasnya yang mengenai dahiku dan betapa cepatnya detak jantungnya.
Aku hanya bisa menganga dan masih memikirkan apa yang sedang terjadi.
"Mangkanya
kalau jalan jangan nunduk aja." suara itu mengagetkanku dan aku pun
langsung melepaskan pelukannya.
"Eh….ehm...eeeeee."
aku ingin sekali bicara tapi rasanya sangat sulit untuk di ucapkan. Dengan
menunduk kebawah.
"Mau
bicara apa kok e..a..e… aja dari tadi ? Mangkanya kalau mau bicara jangan
nunduk tatap mata orang yang diajak bicara."
Aku pun
mulai mengangkat kepalaku walaupun aku sedikit malu. "Maaf..kak."
"Maaf
? Untuk apa ?"
"eee...untuk
kejadian barusan."
"Emang
kamu salah apa kok sampai minta maaf segala ?"
Aduh orang
ini banyak nanya banget sih, kalau boleh minta aku ingin sekali orang ini pergi
dari hadapanku.
"Tadi
itu kamu hampir kena bola basket. Jadi, untuk menyelamatkanmu aku
menarikmu."
"Ehmm
kalau begitu terima kasih kak."
"Cuman
terima kasih saja, tidak ada imbalannya ?"
Ihh ni
orang menolong pamrih banget sih, minta imbalan lagi. Kalau begitu mending aku
tidak usah di selamatkan saja.
"E...kak
maaf aku duluan, sudah di tunggu temen."
ujarku untuk menghindar dari pertanyaannya. Sambil aku melangkah pergi.
Tangan itu memegang tanganku lagi. Aku tersontak "ada apa lagi ini ?"
batinku
"Oh..ya
aku belum tahu namamu, namamu siapa ?"
Hadeh
orang ini pakek nanya namaku lagi, kepo banget sih. Saat aku mau menjawab
untungnya Sofia datang. Dan tiba-tiba dia berteriak memanggil namaku.
"Melda…"suaranya
yang lantang, hingga membuat semua orang menoleh. Dan sekarang dia berhasil
membuatku malu.
"itu
temanmu ?"
Aku
menggangguk dengan pertanyaan itu.
"Jadi,
nanamu Melda. Namamu cantik, secantik orangnya."
Gombal
banget sih kakak ini. Rasanya mau muntah denger semua gombalannya itu.
"Maaf
kak aku harus pergi, temanku udah menunggu."
"ohh...ya
silahkan, hati-hati kalau jalan jangan nunduk."
Aku
langsung pergi dari hadapannya, aku merasa sangat senang bisa pergi dari kakak
itu. Canggung banget rasanya kalau bicara sama kakak kelas.
Sepulang
dari lapangan aku dan Sofi langsung menuju kelas. Di kelas suasananya sangat
sepi, hanya segelintir anak saja yang ada . Mungkin karena masih jam istirahat
jadi, mereka sedang ke kantin. Aku pun duduk di tempatku dan kejadian tadi
berhasil membuatku tidak konsen dalam mengerjakan tugas. Aku akan
mengacak-ngacak rambutku apabila aku mengingat kejadian tadi. Apalagi suasana
sepi di kelas membuat aku tidak nyaman. Jujur aku memang paling tidak suka
dengan suasana hening karena aku pasti akan teringat lagi dengan mimpi itu. Dan
aku merasa semakin tidak nyaman ketika aku merasa ada orang yang sedang
memperhatikanku. Aku menoleh ke kanan dan kekiri ruangan ini tapi yang kulihat
hanya teman-temanku yang sedang sibuk mengerjakan tugasnya.
"Aneh,
kenapa aku merasa ada orang yang memperhatikanku. Atau mungkin itu hanya
perasaanku saja ?" aku mulai bertanya kepada diriku sendiri.
"Ckckckck…
ini soal macam apa, sulit banget." dengusku
Soal itu
mampu menguras semua pikiranku, aku mulai memejamkan mata sebentar untuk
menjernihkan pikiranku. Aku mulai tidak bisa bernafas dan aku merasa berada di
ruangan seperti itu lagi. Dan mimpi seperti itulah bila aku memejamkan mataku.
Aku langsung mengerjapkan mataku, tanpa kusadari air mata menetes di selembar
putih bergaris itu.
"Ambil
ini. Jangan biarkan air matamu menetes." tiba-tiba dia datang dan
menyodorkan saputangan hijau toska.
Aku
mendongakkan kepalaku untuk melihat orang yang memberiku saputangan.
"Rendi
?"
"Iya,
wajahmu jelek jika sedang menangis."
"Kalau
begitu jangan melihat wajahku yang jelek ini."
Setelah
aku berkata begitu dia langsung pergi meninggalkanku. "Dasar cowok
aneh." cetusku
Bel pulang
sekolah berbunyi….sebagai tanda waktu pelajaran sudah habis. Aku pulang bareng
sama Sofia, biasanya sih aku di jemput sama Pak Luri tapi berhubung besok mau
kemah jadi aku dan Sofia belanja terlebih dahulu untuk persiapan besok. Aku dan
Sofia langsung bergegas pergi ke sebuah toko. Kami pun berpencar mencari barang
yang di butuhkan. Pertama barang yang harus aku beli adalah coklat, ya itu
merupakan makanan kesukaanku. Karena coklat itu bisa membangkitkan mood
seseorang. Jadi, apabila nanti waktu di perkemahan aku merasa bosan, akan ada
obat yang bisa mengembalikan moodku. Setelah kesana-kemari, akhirnya barang
yang kuperlukan sudah lengkap. Aku mendorong keranjang menuju kasir untuk
membayar semua barangku ini.
"Udah
semua Mel ? Kok sedikit banget barang yang kau beli ? Wah banyak banget coklat
yang kamu beli."
"Iya
sudah, cuman ini saja yang kubutuhkan. hahaha…
coklat ini bisa menjadi obat moodku."
Sesudah
semuanya sudah selesai, aku pun pulang diantar Sofi.
Sesampai
di rumah aku mulai menyibukkan diri dengan menata barang yang tadi sudah ku
beli dan memasukkan ke dalam tas ranselku.
waiting for part 4 mbakraaa:)
BalasHapusiya ditunggu ya dek
BalasHapus